Penerimaan & Pemantauan Beton Segar
Tahapan Pengecoran
Salah satu tahap pelaksanaan dalam pekerjaan pembetonan adalah pekerjaan pengecoran. Dalam proyek yang menggunakan readymix, pekerjaan pengecoran yang lengkap meliputi :
Bagan untuk beton tanpa bahan tambah/additive yang menunjukkan hubungan proses pengecoran, waktu setting dan fase beton dapat dilihat pada akhir bagian ini. |
Tanggung Jawab dalam Tahap Pengecoran
Tahap awal yang menjadi tanggung jawab penuh supplier beton segar readymix/batching plant :
mixing, loading dan transporting
Tahap yang merupakan tahap penerimaan beton segar di lapangan/proyek :
checking, di mana teknisi yang dikirim batching plant bersama engineer proyek melakukan pemeriksaan atas material beton segar
yang dikirim oleh batching plant dan sampai di lokasi proyek.
Penerimaan atau penolakan beton merupakan tanggung jawab dan kewenangan dari engineer proyek, sedangkan pelaksanaan
pengukuran slump dilakukan oleh teknisi batching plant dengan disaksikan oleh engineer proyek.
Tanggung jawab penuh atas mutu oleh supplier/batching plant, dilaksanakan dalam tahapan berikutnya, setelah beton dinyatakan diterima oleh tim proyek, yaitu :
sampling, yaitu pembuatan benda uji untuk pemantauan mutu/kuat tekan beton, sampai dengan perawatan dan pengujiannya.
Sampai batas tahap ini, tanggung jawab penuh batching plant berakhir.
Tahap selanjutnya, tanggung jawab atas penanganan beton segar berpindah ke tim pelaksana di proyek :
concreting, compacting, finishing dan curing
Pada dasarnya beton segar setelah diterima dan dilakukan sampling, seluruh perlakuannya merupakan tanggung jawab penuh tim pelaksana proyek/Kontraktor, kecuali dalam tindakan-tindakan yang mendapat persetujuan tertulis dari teknisi batching plant yang stand by di lokasi proyek.
Tindakan penambahan bahan apapun (air, additive, dsb) maupun metoda dan durasi pengerjaan penuangan dan pemadatan, sepenuhnya menjadi tanggung jawab tim Kontraktor jika tidak mendapatkan persetujuan tertulis dari teknisi batching plant atas perlakuan yang diberikan pada beton segar oleh Kontraktor.
Untuk dapat melaksanakan pengecoran dengan baik, maka manager, engineer, pelaksana, dan tenaga kerja/tukang harus mengenali parameter beton segar yang perlu diketahui supaya tidak mengakibatkan cacat penanganan atau pelaksanaan.
mixing, loading dan transporting
Tahap yang merupakan tahap penerimaan beton segar di lapangan/proyek :
checking, di mana teknisi yang dikirim batching plant bersama engineer proyek melakukan pemeriksaan atas material beton segar
yang dikirim oleh batching plant dan sampai di lokasi proyek.
Penerimaan atau penolakan beton merupakan tanggung jawab dan kewenangan dari engineer proyek, sedangkan pelaksanaan
pengukuran slump dilakukan oleh teknisi batching plant dengan disaksikan oleh engineer proyek.
Tanggung jawab penuh atas mutu oleh supplier/batching plant, dilaksanakan dalam tahapan berikutnya, setelah beton dinyatakan diterima oleh tim proyek, yaitu :
sampling, yaitu pembuatan benda uji untuk pemantauan mutu/kuat tekan beton, sampai dengan perawatan dan pengujiannya.
Sampai batas tahap ini, tanggung jawab penuh batching plant berakhir.
Tahap selanjutnya, tanggung jawab atas penanganan beton segar berpindah ke tim pelaksana di proyek :
concreting, compacting, finishing dan curing
Pada dasarnya beton segar setelah diterima dan dilakukan sampling, seluruh perlakuannya merupakan tanggung jawab penuh tim pelaksana proyek/Kontraktor, kecuali dalam tindakan-tindakan yang mendapat persetujuan tertulis dari teknisi batching plant yang stand by di lokasi proyek.
Tindakan penambahan bahan apapun (air, additive, dsb) maupun metoda dan durasi pengerjaan penuangan dan pemadatan, sepenuhnya menjadi tanggung jawab tim Kontraktor jika tidak mendapatkan persetujuan tertulis dari teknisi batching plant atas perlakuan yang diberikan pada beton segar oleh Kontraktor.
Untuk dapat melaksanakan pengecoran dengan baik, maka manager, engineer, pelaksana, dan tenaga kerja/tukang harus mengenali parameter beton segar yang perlu diketahui supaya tidak mengakibatkan cacat penanganan atau pelaksanaan.
Parameter Pemantauan Beton Segar
Parameter yang harus diperhatikan manager, engineer dan pelaksana dalam tim pelaksana Kontraktor dalam memantau beton segar yang diterima dan diaplikasikan di lapangan/proyek secara umum adalah :
Fase beton yang harus diketahui :
Faktor yang mempengaruhi parameter-parameter tersebut di atas adalah :
Pada prinsipnya, beton segar harus selalu
homogen, kohesif dan plastis sampai selesainya pelaksanaan penuangan (pouring) dan pemadatan (compacting) |
Workability
Workability atau kemudahan pengerjaan beton segar, pada umumnya mencakup dan dipengaruhi oleh :
Pada umumnya pemeriksaan workability adalah pengukuran slump beton segar, namun bukan hanya terbatas pada hal itu saja, bentuk keruntuhan slump, pemantauan visual dan waktu perlu diperhatikan, karena workability beton segar akan semakin menurun berbanding dengan berjalannya waktu dari proses mixing beton segar di batching plant. |
Waktu Setting dan Fase Beton
Waktu setting penting untuk dipantau karena berkaitan dengan fase beton yang mempengaruhi kekuatan beton yang dihasilkan dari pelaksanaan pengecoran.
Secara umum waktu setting dibagi 2, yaitu :
Hubungan waktu setting dan fase beton :
Pada beton tanpa bahan tambah/additive, secara umum disepakati atau dipakai acuan waktu sebagai berikut :
Fase beton yang merupakan kondisi di mana beton dinyatakan sebagai beton segar, belum terjadi proses hidrasi dan dapat dicor adalah fase plastis, dan pada umumnya diambil maksimal 2,5 jam dari waktu mixing beton sebagai waktu maksimal penyelesaian pengerjaan beton segar sampai dengan pemadatan/compacting. Ciri fase plastis beton yang diamati di lapangan/proyek adalah secara visual dan perabaan :
Beberapa praktisi beton menyepakati initial setting sebagai kondisi di mana adukan beton jika dilakukan pengujian slump kembali, akan diperoleh nilai slump = 0 cm, dan pada saat itulah dinyatakan adukan beton segar tidak layak lagi dipakai (dituang/dicor dan dipadatkan) Waktu initial setting dianggap sebagai waktu berakhirnya tahap compacting dan dimulainya finishing permukaan beton yang sedang dikerjakan, dan kesempatan pelaksanaan pekerjaan finishing ini akan berakhir pada waktu tercapainya final setting, yang merupakan waktu dimulainya pelaksanaan curing/pemeliharaan beton Bagan berikut menggambarkan waktu dan fase beton tanpa bahan tambah/additive secara umum : |
Pemahaman atas waktu setting diperlukan untuk penentuan waktu jeda atau interval pengiriman beton segar dari batching plant ke lokasi proyek, supaya tidak terjadi penumpukan antrian truk mixer dan meminimalkan resiko terbuangnya beton karena sudah melewati fase plastis.
Penetapan interval pengiriman beton segar harus dilakukan dengan memperhatikan :
Dalam kondisi tertentu diperlukan penundaan waktu initial setting untuk mempertahankan beton segar dalam kondisi plastis (mis. karena waktu transport yang lama karena jarak atau macet, karena waktu pengerjaan yang lama karena kompleksitas struktur yang dilaksanakan, dsb)
Untuk itu dapat dilakukan tindakan penambahan bahan tambah/additive yang bersifat retarder, yaitu memperlambat waktu ikat semen/waktu hidrasi, oleh supplier atau batching plant bersama dengan Kontraktor Yang perlu diperhatikan dalam penambahan additive adalah kapan ditambahkannya bahan tersebut ke dalam adukan beton segar, apakah pada waktu pengadukan awal atau dalam waktu tertentu sebelum waktu setting terjadi, harus mengikuti standar petunjuk teknis dari produsen material yang dipakai. |
Beton segar dalam kondisi plastis harus segera dikerjakan sampai selesainya pelaksanaan pemadatan (compacting)
jika masih tersisa beton di dalam truk mixer setelah fase plastis beton berakhir, maka adukan beton tersebut tidak boleh digunakan dalam komponen struktural namun masih bisa dimanfaatkan untuk keperluan non struktural
jika masih tersisa beton di dalam truk mixer setelah fase plastis beton berakhir, maka adukan beton tersebut tidak boleh digunakan dalam komponen struktural namun masih bisa dimanfaatkan untuk keperluan non struktural