Curing/Perawatan Beton
Curing secara umum dipahami sebagai perawatan beton, yang bertujuan untuk menjaga supaya beton tidak terlalu cepat kehilangan air, atau sebagai tindakan menjaga kelembaban dan suhu beton, segera setelah proses finishing beton selesai dan waktu total setting tercapai
Tujuan pelaksanaan curing/perawatan beton adalah : memastikan reaksi hidrasi senyawa semen termasuk bahan tambahan atau pengganti supaya dapat berlangsung secara optimal sehingga mutu beton yang diharapkan dapat tercapai, dan menjaga supaya tidak terjadi susut yang berlebihan pada beton akibat kehilangan kelembaban yang terlalu cepat atau tidak seragam, sehingga dapat menyebabkan retak. Pelaksanaan curing/perawatan beton dilakukan segera setelah beton mengalami atau memasuki fase hardening (untuk permukaan beton yang terbuka) atau setelah pembukaan cetakan/acuan/bekisting, selama durasi tertentu yang dimaksudkan untuk memastikan terjaganya kondisi yang diperlukan untuk proses reaksi senyawa kimia yang terkandung dalam campuran beton Waktu dan Durasi Pelaksanaan Curing
Metoda dan lama pelaksanaan curing tergantung dari :
Kualitas dan durasi/lama pelaksanaan curing/perawatan beton berpengaruh pada :
|
Beberapa peraturan menetapkan acuan pelaksanaan curing/perawatan beton, yang sama-sama bertujuan untuk menjaga dan menjamin mutu pelaksanaan pembetonan.
|
Dari ketiga peraturan di atas, direkomendasikan untuk mengikuti aturan yang paling umum dan dapat digunakan untuk berbagai kondisi dan jenis beton yang diaplikasikan, yaitu :
memastikan proses curing dilakukan sampai tercapainya minimal 70% kuat tekan beton yang disyaratkan oleh Konsultan Perencana/Desain (= fc' atau kuat tekan karakteristik yang harus dicapai) |
Metoda Perawatan Beton
Beberapa metoda yang mudah digunakan untuk curing/perawatan beton di lapangan, antara lain :
|
Beberapa metoda lain seperti perawatan dengan uap air panas, selimut (heating blanket) digunakan di daerah dingin atau yang mengalami musim dingin.